Jumat, 20 November 2009

Perkenbangan Jamur Di Indonesia

JAMUR TIRAM

Nggak banyak lho yang tahu, kalau jamur tiram ini bisa jadi bisnis yang sangat menarik untuk dikembangkan, tapi tempat budidaya jamur tiram yang seperti apakah yang bisa menghasilkan jamur tiram yang berkualitas tinggi?

Tempat budidaya jamur tiram / media jamur dapat dibuat dari tahapan berikut:
1. Serbut gergaji dicampur kapur dan dedak, lalu diaduk dan diayak dengan sedikit air/dibasahi
2. Sterilisasi selama 5 jam dengan 100 derajat, dalam karung atau plastic
3. Setelah dingin diinokulasi/masukin bibit
4. Lalu masukan kapas, ikat dengan karung
5. Disimpan di ruang inkubasi selama 2 bulan, baru kemudian dipanen.
Perlu diingat, untuk menghasilkan jamur tiram yang bagus, harus memiliki kelembaban suhu 18-25 derajat. Kiat sukses membudidayakan jamur adalah telaten, kerja keras dan jujur. Jamur yang sekarang sedang baik prospeknya adalah: Jamur Tiram Putih/Shemeji (Pleuratus Astreatus). Jamur ini disebut juga jamur kayu, karena tumbuh pada media kayu lapuk.

Jamur Ganoderma

Ganoderma adalah jamur poliporus yang banyak dijumpai tumbuh di dalam vegetasi berkayu di pedesaan, yaitu pada tonggak-tonggak berbagai jenis kayu dan sebagian pada batang-batang kayu pohon hidup. Jamur ini dideskripsikan pertama kali oleh Karsten (1881) dengan G. Lucidun (W. Curt. Fr.) sebagai satu-satunya jenis. Murill (1908), yang mendasarkan taksonominya pada spesifikasi inang distribusi geografi, dan morfologi luar tubuh buah, menyebutkan terdapat tujuh jenis Ganoderma yang hidup di daerah iklim sedang, yaitu G.tsugae, G. sessile, G. zonatum, G. ulcatum, G. Oregonense, G. sequolae dan G. nevadense. Turner (1981) melaporkan bahwa paling sedikit terdapat 15 species Ganoderma di berbagai tempat di dunia,yang menyebabkan penyakit busuk pangkal batang. Sampai saat ini telah ditemukan lebih dari 250 jenis dan marga Ganoderma di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut masih ada yang tumpang tindih (hanya sinonimnya), sehingga jumlah sebenarnya kurang dari 250 (Susanto, 1998). Walaupun jenis-jenisnya belum dikenali secara tepat, jamur Ganoderma diketahui sangat banyak ragam jenisnya, yang dijumpai tumbuh pada vegetasi berkayu di pedesaan.
Tubuh buah jamur mula-mula tampak sebagai suatu bongkol kecil berwarna putih, kemudian berkembang menjadi berbentuk kipas tebal dengan bentuk yang sangat bervariasi. Bagian bawah tubuh berpori dan kadang-kadang tubuh buah seperti mempunyai tangkai. Seringkali banyak tubuh buah terbentuk berdekatan, saling menutupi atau sa1ing bersambungan. sehingga menjadi suatu susunan yang besar.
Sebagai komponen dari biodiversitas, Ganoderma merupakan spesies yang sangat menarik, karena meskipun jamur ini secara taksonomis baru dikenalkan pada tahun 1881 (Karsten,1881), tetapi jamur ini telah dikenal secara luas oleh masyarakat Cina sebagai jamur penanda kebahagiaan pada abad ke VI. Kajian jamur ini telah dilakukan secara luas, baik meliputi aspek sebagai penyebab penyakit yang menimbulkan kerugian sangat besar di berbagai komoditas, maupun sebagai sumber senyawa bioaktif yang telah terbukti berkhasiat sebagai penyembuh berbagai penyakit penting pada manusia.
Peneliti-peneliti terdahulu membuktikan bahwa kandungan tubuh buah Ganoderma adalah polisakarida (Hikino dkk.., 1989; Wang dkk., 1984), terpenoid dan asam ganoderik (Anonim 1997; Hirotani dkk., 1993; Nishitoba dIck, 984); germanium organik (Tong dkk, 1991; 1994) protein (L.iu, 1997; Terashita dkk., 1984), adenosin (Kawagishi dkk., 1993) dan serat (Anonim, 1997).
Kandungan miselium Ganoderma tidak sekompleks tubuh buahnya. Pada miselium Ganoderma mengandung senyawa polisakarida, germanium organik (Tong dick., 1991; 1994), vitamin dan mineral (Anonim, 1997).
Tubuh buah Ganoderma mengandung lebih dan 200 senyawa aktif yang dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu 30% senyawa larut dalam air, 65% senyawa larut dalam pelarut organik dan 5% merupakan senyawa volatil. Polisakarida dan germanium organik merupakan senyawa larut dalam air, adenosin dan terpenoid larut dalam pelarut organik, sedangkan asam ganoderat merupakan senyawa volatil. Selain itu diketahui juga bahwa Ganoderma mengandung immunopotentiator dan polisakarida yang mampu menginduksi interferon (Jong dan Birmingham, 1992; Starnets dan Chilton, 1983). Penelitian terbaru bahkan menunjukkan bahwa Ganoderma mengandung substansi anti HIV (E1-Mekkawy, 1997).
Tujuan kegiatan ini adalah mengevaluasi potensi sabut kelapa sebagai limbah pertanian untuk medium budidaya jamur Ganoderma di daerah sekitar hutan. Manfaat yang diharapkan nantinya adalah budidaya Ganoderma mampu memberikan alternatif sumber pendapatan masyarakat sekitar hutan dan sebagai obat tradisional. Dan lebih lanjut diharapkan agar tekanan terhadap hutan dapat direduksi sehingga tercipta hutan yang lestari. Pada dasarnya jamur Ganaderma adalah salah satu bagian dari ekosistem hutan yang sampai saat ini belum banyak diketahui manfaatnya. Dengan dikembangkan sebagai usaha bersama, maka budidaya jamur ini akan membuka peluang usaha baru bagi masyarakat pedesaan, khususnya pedesaan sekitar hutan.
Dalam dunia pengobatan dikenal beberapa cara pendekatan yaitu pengobatan modern (atlelopathic), tradisional, dan homeopathy. Di samping itu dikenal juga cara pendekatan pengobatan yang disebut pengobatan sendiri (disebut self medication), yaitu upaya seseorang untuk mengatasi penyakitnya sebelum yang bersangkutan memeriksakan diri ke petugas kesehatan atau dokter. Pendekatan pengobatan lain yang akhir-akhir ini makin banyak dikenal ialah pengobatan holistic. Cara pengobatan ini mempunyai fungsi mengeluarkan senyawa-senyawa yang toksik dan menyeimbangkan kerja organ-organ tubuh.
Salah satu di antara bahan alam yang telah digunakan untuk pengobatan holistik ini ialah berasal dari jamur Ganoderma. Bukti bahwa jamur ini dapat digunakan untuk maksud tersebut dapat mengacu pada penggunaan yang sama di negara-negara seperti China, Korea, Jepang dan Malaysia, di mana jamur ini telah lama digunakan untuk pengobatan holistik. Uji pendahuluan menunjukkan bahwa jamur ini aktif dapat menekan pertumbuhan sel-sel tumor pada tikus (Somowiyarjo, 1999) dan oleh Wahyuono (komunikasi pribadi) diperoleh bukti bahwa jamur ini mengandung bahan aktif untuk pengobatan.
Di Indonesia, jamur Ganoderma juga sudah banyak dijumpai tumbuh pada vegetasi berkayu yang ada di lingkungan pedesaan. Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan (Widyastuti dkk, 1998a; 998b) menunjukkan bahwa di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah, khususnya di lingkungan vegetasi berkayu daerah pedesaan, dijumpai banyak ragam jamur ganoderma. Ini menunjukkan bahwa jamur ini mempunyai potensi kelimpahan dan potensi genetik yang cukup besar untuk dapat dikembangkan.

JAMUR MERANG

Jamur ini sudah telanjur mendapat sebutan jamur merang walaupun tidak selalu tumbuh di media merang (tangkai padi). Sebenarnya jamur ini juga bisa tumbuh di media atau sisa-sisa tanaman yang memiliki sumber selulosa, seperti limbah pabrik kertas, limbah biji kopi, ampas batang aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, dan kulit buah pala.
Sesuai dengan nama ilmiahnya, Volvariella volvacea, jamur ini memiliki volva atau cawan berwarna cokelat muda yang awalnya merupakan selubung pembungkus tubuh buah saat masih stadia telur.
Dalam perkembangannya, tangkai dan tudung buah membesar sehingga selubung tersebut tercabik dan terangkat ke atas dan sisanya yang tertinggal di bawah akan menjadi cawan.Jika cawan ini telah terbuka akan terbentuk bilah yang saat matang memproduksi basidia dan basidiospora berwarna merah atau merah muda.
Selanjutnya basidiospora akan berkecambah dan membentuk hifa. Setelah itu, kumpulan hifa membentuk gumpalan kecil (pin head) atau primordial yang akan membesar membentuk tubuh buah stadia kancing kecil (small button), kemudian tumbuh menjadi stadia kancing (button), dan akhirnya berkembang menjadi stadia telur (egg). Dalam budi daya jamur merang, pada stadia telur inilah jamur dipanen.

• Lingkungan tumbuh

Jamur merang tumbuh di lokasi yang mempunyai suhu 32-38°C dan kelembapan 80-90% dengan oksigen yang cukup. Jamur ini tidak tahan terhadap cahaya matahari langsung, tetapi tetap membutuhkannya dalam bentuk pancaran tidak langsung. Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk jamur merang adalah 6,8-7.
Jamur shiitake


Mengandung lentinan atau polisakarida yang larut dalam air) yang tersusun dalam bentuk beta-1,3, glukan dengan beta-1,6, dan beta-1,3 glukopiranosida. Kandungan senyawa ini dipercaya oleh para ahli kesehatan dapat menghambat pertumbuhan tumor dan kanker sampai 72-92%.
Untuk mengetahui khasiatnya, di Jepang telah banyak dilakukan penelitian yang intensif mengenai jamur shiitake. Diantaranya, penelitian yang diadakan pada tahun 1970 menemukan bahwa asam amino yang terkandung di dalam jamur shiitake dapat membantu memproses kolesterol di dalam hati. Jamur ini mengandung asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, yaitu; thiamin, riboflavin, niacin, serta beberapa jenis serat dan enzim. Jamur Shiitake juga mengandung ergosterol, yang akan diolah tubuh menjadi vitamin D setelah kulit terkena sinar matahari. Kandungan asam amino jamur shiitake membuatnya berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan mengatasi gangguan pencernaan, hati, meredakan serangan pilek, dan melancarkan peredaran darah.

0 komentar:

Posting Komentar

 

©2009 tHe_A&W_bLoG | by TNB